Skip to main content

Teman Yang Pulang

     ada seorang teman yang akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pondok setelah lama hatinya bergejolak ingin pulang. dia bukan orang asing. adalah anak dari sahabat ibu. teman berkacamata itu juga merupakan sobat dari sobat bermain bolaku dirumah.

     aku sendiri sangat menyesalkan a;asannya untuk pulang. tidak tahan dengan prndidikan klub pramuka yang sering menggunakan pemukulan. postur tubuhnya memang kecil dan kurus. juga tidak terlalu tinggi. hampir sepundakku. menyakitkan memang tubuh seperti itu dipukuli.

     bagiku alasan semacam itu sungguh tidak masuk akal. semua ekstrakulikuler yang ada disekolah ini justru merupakan tempat yang membuatku merasa nyaman dan betah di pondok. di organisasi yang mempersatukan kita dan orang-orang satu minat dan hobi itulah hampir semua murid disini menemukan keluarga. termasuk juga klub pramuk yang teman itu ikuti.

     aku jadi curiga kalau sebenarnya ada alasan lain yang membulatkan tekadnya untuk drop out. dalam kondisi jauh dari rumah, dengan segala keterbatasan akses kepada dunia luar, segala hal atau masalah kecil disini dapat memotivasi kita untuk ingin segera keluar meninggalkan pondok.

     ulil sendiri juga pernah, bahkan sering merasakan hal itu. aku pernah benar-benar ingin pulang hanya karena tidak bisa puas mengotak-atik komputer berjam-jam disini, juga penah hanya karena tidak punya teman perempuan, sering juga karena muak dengan tekanan disiplin dan permasalahan yang silih berganti.
     tapi itu semua kembali kepada diri kita, bagaimana otak kita bisa merubah semua batasan menjadi motivasi istimewa. aku justru senang menjadikan batasan-batasan tadi menjadi semangat untuk mengembangkan diri dan berprestasi, agar bisa cepat lulus menjadi alumni.

     yang aku sayangkan juga, teman tadi tergolong murid yang pandai. dihitung dari rankingnya di angkatan saja, ada kurang lebih 320 murid lain yang masih mati-matian bertahan.


     seharusnya semua orang yang mau meluar dari Gontor itu berpikir ribuan kali terlebih dahulu. mengeluarkan diri dari oondok itu bukan permasalahannya sendiri. aku bahkan tak bisa membayangkan berapa liter airmata yang sudah ibunya jatuhkan untuk satu permasalahan ini saja.

     Menghidupi anak di pondok dengan banyak kebutuhan itu memang menguras dompet para orang tua. Tapi kupikir, memilih untuk keluar itu jauh lebih menyakiti hati mereka.

     Ibunya pernah datang ke kakak dan menceritakan permasalahan teman tadi dengan mata berlinang ari mata. mendengar itu saja sudah sangat cukup menyayat hati ini. padahal beberapa hari yang lalu aku masih melihat teman itu tartawa-tawa seakan tak ada beban.

     Siang tadi sebelum berangkat ke kelas pelajaran sore aku tak sengaja melihat teman itu di kantor KMI, mungkin untuk yang terakhir kalinya. aku tak tahu apa yang akan ia lakukan sesampainya dirumah  nanti, kemana di akan melanjutkan sekolah. oke kalau bisa melanjutkan di kelas 9. bagaimana klau harus mengulangi dari kelas 8 seperti yang kebayakan terjadi.
   
     aku juga tidak tahu seberapa besar rasa kecewa yang ada didalam hati kedunya. tapi semoga ini jadi yang terbaik untuk teman itu.

     Ya Allah, keluargaku hilang satu

Comments

Popular posts from this blog

Gontor Horror Story~

Satu (lagi) kejadian yang sempat membuat pondok sibuk membicarakannya. Beberapa hari yang lalu, dikabarkan bahwa seorang santri yang berasrama di gedung Yaman kesurupan *JGLARR!!. Letak gedung itu memang cukup ekstrim, yakni diujung tenggara kawasan pondok dan paling dekat dengan sungai Malo—sungai tempat sisa-sisa pengikut PKI dipancung berpuluh tahun yang lalu— letak tersebut masuk kategori seram dan mengerikan untuk ukuran asrama. Menurut kabar yang beredar, sebab seorang santri itu kesurupan menurutku cukup menarik perhatian. Ceritanya, si Dono—sebut saja begitu— kehilangan sejumlah nominal uang yang dia simpa di dalam lemari pakaian. Tidak terima dan sakit hati, emosi Dono pun memuncak. Berdirilah ia di teras kamarnya di lantai dua yang langsung menghadap ke arah sungai Malo. “Sini! Genderuwo, Kuntilanak, Tuyul, atau apapun yang ngambil duitku. ANA LA AKHOF!! Nggak Takut!!” Seperti itu kurang lebih ia berteriak meluapkan amarah . Seakan tantangannya sampai ke telinga ...

Nyusu Sambil Ngemil Frech Fries ala The Milk #KulinerBoyolali

Penampang dari meja luar Petualangan Ulil bareng Griya Pulisen Boys menyusuri sudut-sudut mengisi perut di Boyolali pada malam hari belum berakhir. Kali ini spesial banget, karena malam ini, adalah malam takbiran. Malam ini kami keluar Cuma bertiga, Ulil, Estu (@paangestu), Aga (@Riyanto_aga). Dido yang biasanya habis-habisan di- bully sedang mudik ke habitat asalnya, sementara Arsyad, nyusul terakhiran. Padahal kami bertiga baru keluar dari gapura Griya Pulisen I hampir pukul 21.30 malam, tapi jalanan Boyolali masih ramai banget. Apalagi Jl. Solo-Semarang yang melintasi pasar kota boyolali. Polisi lalu lintas berjaga hampir di setiap persimpangan, memejeng motor dengan lampu panjang berkelap-kelip merah di atas joknya. tembok Kecuali mobil-mobil pemudik yang bernomor polisi B,F,D, dsb., jalanan dipenuhi oleh mobil-mobil bak terbuka yang mengangkut belasan orang, entah kemana tujuan mereka. Yang jelas, hampir setiap mobil sudah dilengkapi dengan speaker jumbo yang meng...

Damainya Gontor Tanpa Marosim~

Di Gontor ada dua jalan pemikiran yang saling bertentangan namun juga selalu berjalan beriringan menemani kehidupan santri. Yang pertaman adalah mereka yang setuju bahwa marosim itu bermanfaat untuk melancarkan kegiatan pondok, dan kedua adalah mereka yang justru menganggap marosim adalah bukti bahwa santri Gontor itu lelet dan tidak punya jiwa ketanggapan Jika diterjemahkan denganbahasa arab yang benar, marosim itu berarti upacara. Namun dalam istilah gontori, marosim adalah suatu cara yang dilakukan oleh pengurus untuk mempercepat gerak anggotanya. Misalkan marosim pergi ke masjid, marosim keluar kamar sebelum membaca do’a, marosim berwudlu sebelum shalat, marosim masuk kelas, dan masih banyak lagi. Pokoknya selama ini hidup santri Gontor selalu lengket dengan kata marosim.penggunaan kata marosim tersebut merujuk pada anggota-anggota yang diberdirikan dengan suatu posisi barisan tertentu menyerupai upacara jika terlambat. Sebenarnya penggunaa kata marosim itu kurang tep...