Apa yang kita bawa pulang saat kembali dari sebuah perjalanan? Pandangan yang baru. Perspektif terhadap semesta yang lebih luas dari sebelumnya. Yakni tentang pengetahuan atas bagian dari dunia yang tidak bisa kita lihat dari tempat kita biasanya berada. Maka aku sering mengatakan pada diri sendiri bahwa, perjalanan itu sebenarnya bukan hanya tentang seberapa jauh kita akhirnya bisa menapak, tapi juga mengenai seberapa mampu kita menyelami kedalaman makna dari setiap langkah yang berlalu. From the helipad at the rooftop of AAS Building Mungkin, ada manusia yang telah berkembara hingga ribuan kilometer, menyebrangi samudra, menembus garis lintang, dan melewati batas-batas zona waktu, tetapi tidak lebih bijaksana dari orang yang selama hidupnya tidak pernah bepergian kemanapun. Lalu bisa jadi, ada manusia lain yang akumulasi jarak kelananya tidak seberapa, namun dapat menjadi sedemikian bijaksana karena perjalanannya tidak jauh, namun dalam. Dari hal-hal sederhana di s
Gimana rasanya ketika kamu punya sebuah kesalahan, yang sengaja ataupun tidak telah menjadi bagian dari hari-harimu, kemudian ada 13 orang duduk melingkar menghakimimu, memaparkan semua kesalahan itu, mempertanyakan mengapa kamu melakukan itu? Sementara kamu terdiam terintimidasi oleh tatap sinis mereka, tidak mampu mengelak karena kesalahan tersebut memang benar, kamu tidak dapat membela diri karena itu adalah bagian dari dirimu. Gimana? Sakit hati, teriris. Semakin nggak paham gimana kelak rasanya dihisab pada hari kiamat. Ketika tangan, kaki, mata, beserta jajaran anggota tubuh lainnya mengadu pada Tuhan, tentang untuk apa mereka kita salahgunakan selama hidup. Kita tidak dapat mengelak karena mereka adalah bagian dari kita. Wait, jika anggota tubuh kita justru menjadi saksi atas perbuatan buruk yang telah kita lakukan selama hidup, untuk kemudian karena kesaksian tersebut kita mendapatkan azab sebagai balasan, maka siapa kita sebenarnya? Bukankah i