Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2015

Berakhirnya sensasi tokoh 'kamu'

Sebuah dentum lembut mirip ketukan terdengar pelan dan akrab dari alat komunikasi purbaku. Suara itu kadang datang bersama datangnya bahagia, air mata, atau terkadang hanya hampa yang ikut serta bersamanya. Malam ini ia datang lagi, entah apa yang saat ini kuharapkan dalam hadirnya pada kesendirianku. Pelan-pelan ujung telunjukku menyentuhnya pelan agar terbuka. Ingin tahu, jadi perasaan macam apa yang ikut datang kali ini. Dan rambut pendekku hampir rontok berguguran di atas permadani membaca pesan itu setengah tidak percaya. Ibu jari dan telunjuk tiba-tiba kompak mencubit daging berlebih di perut. Kalau benar ini bukan mimpi atau sekedar halusinasi, berarti balasan itu resmi membuka obrolan lintas ruang pertama kami dalam hampir setahun terakhir. Sungguh sulit untuk dipercaya. Setelah ribuan detik terlewati, dengan perasaan dianggap seperti angin malam yang dingin, dan biarkan berlalu, akhirnya. Dia tahu bahwa aku masih ada, dan organ tubuhku termasuk mulut dan hati masih berf

L-U-L-U-S

Hari ini dimulai dengan kata ‘tumben’. Tumben aku bisa bangun pagi, tepat saat adzan subuh dari masjid dekat rumah berkumandang. Lebih tepatnya, tumben bisa langsung bangun saat adzan sampai ke telinga. Sebenarnya, biasanya juga mata terbuka saat adzan berkumandang, tapi lanjut tidur, dan baru bisa bangun pukul enam tepat. Karena ini merupakan sebuah momen yang sangat langka, maka aku memutuskan untuk segera beranjak dari tempat tidur dan mengambil wudhu, memakai kemeja, dan melangkahkan kaki ke masjid. Keanehan hari ini tidak hanya berhenti di situ. Sepulang dari masjid, pukul 5 kurang 15 menit pagi, sama sekali tidak ada keinginan dalam diriku untuk melanjutkan tidur, aneh kan. Karena tidak bisa memejamkan mata lagi, aku memutuskan untuk mengambil handuk dan langsung mandi pagi. Terasa dingin. Sekalipun air yang digunakan mandi adalah air hangat dari waterheater. Pagi ini diriku terasa seperti bukan diriku, seakan ada sesuatu yang menggerakkan. Setelah mandi, aku langsung berpak

Don't Leave me, I know you're angry you're everything to me

Diambil dari lirik lagu Dochi Sadega, Ten Fold Apologies Analogi  Yang penulis pikir cocok Untuk menggambarkan bagaimana Perasaan penuils kepada sseorang yang sedang mengusik ketenangan Hatinya ke Siapa gue dan siapa elu dengan kerundung manis bermotif bercak warna-warni indah itu, sampai harus menyebutmu ‘everything’ to me. Padahal rasanya baru kenal kearin sore. Disebut berjasa juga what have u done to me and what have I done to you? Disebut selalu ada juga kapan kita ketemu? Dipanggil paling mengerti juga sejak kapan kita pernah berbicara saling bertukar rasa. Sungguh menyebutmu segala-galanya adalah hiperbola. Terlalu dilebih-lebihkan karena angan buta murahan. Berteriak don’t leave me juga terlalu kegeeran. Emang ada hubungan apa diantara kita sampai harus merasa ditinggalkan. Atau jangan-jangan aku memang tidak ada di matamu, hanya seperti setitik debu yang pantas ditiup. Apalagi di hatimu.

Muslimkah?

Pernah Suatu hari pada jam belajar malam saat lagi iseng buku tauhid jilid 1 untuk kelas 4—dalam rangka mendekatnya ujian akhir tahun—yang materinya buanyak buanget, Muchtar, seorang teman sekelas yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak-anak yang lain dan kemampuan menghafal yang super bertanya—maklumlah, kelas atas, jadi waktu belajar biasa dipake iseng dan ngapain aja, yang penting bukan belajar. Lebih-lebih orang seperti Muchtar yang kecerdasannya diatas rata-rata. “Bagaimana cara membuktikan bahwa Tuhan itu ada dengan logika kepada orang-orang atheis tanpa menggunakan dalil Al-Qur’an maupun hadits, karena jelas mereka tidak percaya Tuhan, apalagi nabi,” pertanyaan itu jelas ditujukan kepadaku yang duduk pada bangku di belakang tempat Muchtar duduk. Lebih-lebih dengan buku Tauhid yang sedang aku pegang, pertanyaannya setema dengan buku itu. Glek. Aku yang pengetahuan agamanya masih cetek merasa seperti ditodong dengan pisau oleh kawan sendiri. Ternyata pertanyaan Muchtar i