Diambil dari lirik lagu Dochi Sadega, Ten Fold Apologies Analogi Yang penulis pikir cocok Untuk menggambarkan bagaimana Perasaan penuils kepada sseorang yang sedang mengusik ketenangan Hatinya ke
Siapa gue dan siapa elu dengan kerundung manis bermotif bercak warna-warni indah itu, sampai harus menyebutmu ‘everything’ to me. Padahal rasanya baru kenal kearin sore. Disebut berjasa juga what have u done to me and what have I done to you? Disebut selalu ada juga kapan kita ketemu? Dipanggil paling mengerti juga sejak kapan kita pernah berbicara saling bertukar rasa. Sungguh menyebutmu segala-galanya adalah hiperbola. Terlalu dilebih-lebihkan karena angan buta murahan.
Berteriak don’t leave me juga terlalu kegeeran. Emang ada hubungan apa diantara kita sampai harus merasa ditinggalkan. Atau jangan-jangan aku memang tidak ada di matamu, hanya seperti setitik debu yang pantas ditiup. Apalagi di hatimu.
Mungkin, kalau ada yang harus pergi meninggalkan, adalah aku. Yang selama ini terlalu dalam memasukkanmu ke dalam relung dada. Akulah orang yang seharusnya pergi dan berhenti mengusik hidupmu. Terlalu berharap dengan angan kosong yang justru semakin lama semakin membuatku terbius dalam harapan, terbang melayang, dan entah kapan akan jatuh dan tersakiti.
Pun sebenarnya cerita ini belum dimulai. Hanya aku yang memulainya secara sepihak dalam kepalaku sendiri. Aku sendiri yang suka berkhayal. Seharusnya aku tahu diri.
Bayangmu yang selalu hadir di malam-malam gelapku memang indah, dengan senyum yang penuh arti. Bahkan tidak jarang bertransformasi menjadi aliran-aliran semangat yang memacu tubuh untuk bergerak terus maju sepanjang hari.
Tapi keadaan kita memang sama-sulit. Sama-sama tidak mungkin. Pertanyaan baru pun muncul. Apakah 6 huruf itu adalah jawaban. Adalah akhir dari perjalanan dan pencarian? Padahal hidup baru saja dimulai. Dan tidak mungkin diakhiri secepat ini. Padahal jalan masih panjang terbentang di depan pandangan. Laut masih luas menantang tuk diarungi. Di baru titik kedua, atau bahkan pertama.
Batik pun bergejolak. 2 setan di kanan dan kiri saling tarik ulur kesana-kemari. Walaupun tampaknya gunung e situ belum akan cair untuk waktu yang lama, mungkin itu lah yang seharusnya. Agar kita tidak lebih dalam menyelam. Semoga Dia melindungi kita, walaupun tak pernah berucap, bertatap, sekalipun dalam do’a. semoga tidak ada diantara kita yang saling mengusik proses tumbuh kembang yang masih panjang.
Siapa gue dan siapa elu dengan kerundung manis bermotif bercak warna-warni indah itu, sampai harus menyebutmu ‘everything’ to me. Padahal rasanya baru kenal kearin sore. Disebut berjasa juga what have u done to me and what have I done to you? Disebut selalu ada juga kapan kita ketemu? Dipanggil paling mengerti juga sejak kapan kita pernah berbicara saling bertukar rasa. Sungguh menyebutmu segala-galanya adalah hiperbola. Terlalu dilebih-lebihkan karena angan buta murahan.
Berteriak don’t leave me juga terlalu kegeeran. Emang ada hubungan apa diantara kita sampai harus merasa ditinggalkan. Atau jangan-jangan aku memang tidak ada di matamu, hanya seperti setitik debu yang pantas ditiup. Apalagi di hatimu.
Mungkin, kalau ada yang harus pergi meninggalkan, adalah aku. Yang selama ini terlalu dalam memasukkanmu ke dalam relung dada. Akulah orang yang seharusnya pergi dan berhenti mengusik hidupmu. Terlalu berharap dengan angan kosong yang justru semakin lama semakin membuatku terbius dalam harapan, terbang melayang, dan entah kapan akan jatuh dan tersakiti.
Pun sebenarnya cerita ini belum dimulai. Hanya aku yang memulainya secara sepihak dalam kepalaku sendiri. Aku sendiri yang suka berkhayal. Seharusnya aku tahu diri.
Bayangmu yang selalu hadir di malam-malam gelapku memang indah, dengan senyum yang penuh arti. Bahkan tidak jarang bertransformasi menjadi aliran-aliran semangat yang memacu tubuh untuk bergerak terus maju sepanjang hari.
Tapi keadaan kita memang sama-sulit. Sama-sama tidak mungkin. Pertanyaan baru pun muncul. Apakah 6 huruf itu adalah jawaban. Adalah akhir dari perjalanan dan pencarian? Padahal hidup baru saja dimulai. Dan tidak mungkin diakhiri secepat ini. Padahal jalan masih panjang terbentang di depan pandangan. Laut masih luas menantang tuk diarungi. Di baru titik kedua, atau bahkan pertama.
Batik pun bergejolak. 2 setan di kanan dan kiri saling tarik ulur kesana-kemari. Walaupun tampaknya gunung e situ belum akan cair untuk waktu yang lama, mungkin itu lah yang seharusnya. Agar kita tidak lebih dalam menyelam. Semoga Dia melindungi kita, walaupun tak pernah berucap, bertatap, sekalipun dalam do’a. semoga tidak ada diantara kita yang saling mengusik proses tumbuh kembang yang masih panjang.
Comments
Post a Comment