sebuah rasa yang muncul untuk satu atau banyak hal yang telah lama dan jauh kita tinggalkan adalah rindu. itu adalah satu dari sekian banyak prasaan yang memakan tempat di hati, sehingga seringkali membuatnya terasa sempit dan sesak.
hampir semua orang yang pernah melakukan perpindahan dengan artian sesimpel apapun pernah mengalami rindu, karena boleh dikatakan, itu adalah hal yang sangat manusiawi sekali, sebagai bukti bahwa manusia sangatlah lemah, bahkan untuk sekedar berpisah dengan sesuatu yang terlanjut masuk kedalam hatinya.
rindu juga sering diibaratkan seperti sebuah penyakit yang perlu diobati, namun juga ada kalanya rindu itu justru perlu dirawat. agar kita selalu menghargai apa yang kita miliki.
rasa rindu itu jugalah yang tak jarang mendorong diri kita untuk menjadi gila sesaat. memang kita perlu sedikit keluar dari batas kebiasaan untuk merasakan sensai baru.
mungkin rasa rindu itu jugalah yang akhir-akhir atau bahkan selama ini menyelimuti batin dan jiwaku. semenjak aku memilih ponorogo dan gontor sebagai tempat hidup dan belajarku yang baru, banyak sekali hal yang harus kutinggalkan dirumah, berpisah sekalipun sudah terlanjur mendarah daging.
buku, internet, gadget, laptop, sepeda, burger, pizza, novel, gramedia, bahkan teman sekalipun mau tidak mau harus kutinggalkan. walaupun jujur, di gontor aku mendapat banyak hal yang menggantikan semua yang tertinggal, namun tetap saja, aku merindu itu semua.
dan hal yang paling kurindukan saatu aku jauh terputus dengan semua koneksi adalah kehadiran perempuan. inilah sekolah dengan 4000 murid laki-laki tanpa selingan wanita sama sekali. berhubungan dengan wanita disini haram hukumnya, bisa-bisa di skors selama satu tahun atau bahkan bisa diusir tanpa hormat.
berorganisasi, berolahraga, makan, masuk kelas, berkumpul dengan teman seminat, semuanya dilakukan tanpa sentuhan—atau hiburan— perempuan sekali. bahkan kadang aku lupa bagaimana rasa gugup, keringat yang mengalir deras, atau degup jantung tak menentu saat berhadapan dengan perempuan. dan rasanya aku perlu diingatkan.
kalau sudah rindu seperti itu, pasti aku juga rindu dengan kehidupan dunia luar. seketika muak dengan kehidupan pondok yang hyperprotective
i have nothing to do to disappear it. tapi hanya dengan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan seperti inilah, paling tidak rasa pedih dari kerinduan itu setidaknya sedikit terobati
==.. selamat menikmati malam jum'at di rumah. aku disini menikmatinya dengan menonton panggung gembira.
==.. dan bukankah esok si pemilik hati dengan gunung es itu bertambah tua.. kalau benar, siapapun anda yang membaca post ini, tolong untuk menyampaikan salamku kepada mira.
hampir semua orang yang pernah melakukan perpindahan dengan artian sesimpel apapun pernah mengalami rindu, karena boleh dikatakan, itu adalah hal yang sangat manusiawi sekali, sebagai bukti bahwa manusia sangatlah lemah, bahkan untuk sekedar berpisah dengan sesuatu yang terlanjut masuk kedalam hatinya.
rindu juga sering diibaratkan seperti sebuah penyakit yang perlu diobati, namun juga ada kalanya rindu itu justru perlu dirawat. agar kita selalu menghargai apa yang kita miliki.
rasa rindu itu jugalah yang tak jarang mendorong diri kita untuk menjadi gila sesaat. memang kita perlu sedikit keluar dari batas kebiasaan untuk merasakan sensai baru.
mungkin rasa rindu itu jugalah yang akhir-akhir atau bahkan selama ini menyelimuti batin dan jiwaku. semenjak aku memilih ponorogo dan gontor sebagai tempat hidup dan belajarku yang baru, banyak sekali hal yang harus kutinggalkan dirumah, berpisah sekalipun sudah terlanjur mendarah daging.
buku, internet, gadget, laptop, sepeda, burger, pizza, novel, gramedia, bahkan teman sekalipun mau tidak mau harus kutinggalkan. walaupun jujur, di gontor aku mendapat banyak hal yang menggantikan semua yang tertinggal, namun tetap saja, aku merindu itu semua.
dan hal yang paling kurindukan saatu aku jauh terputus dengan semua koneksi adalah kehadiran perempuan. inilah sekolah dengan 4000 murid laki-laki tanpa selingan wanita sama sekali. berhubungan dengan wanita disini haram hukumnya, bisa-bisa di skors selama satu tahun atau bahkan bisa diusir tanpa hormat.
berorganisasi, berolahraga, makan, masuk kelas, berkumpul dengan teman seminat, semuanya dilakukan tanpa sentuhan—atau hiburan— perempuan sekali. bahkan kadang aku lupa bagaimana rasa gugup, keringat yang mengalir deras, atau degup jantung tak menentu saat berhadapan dengan perempuan. dan rasanya aku perlu diingatkan.
kalau sudah rindu seperti itu, pasti aku juga rindu dengan kehidupan dunia luar. seketika muak dengan kehidupan pondok yang hyperprotective
i have nothing to do to disappear it. tapi hanya dengan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan seperti inilah, paling tidak rasa pedih dari kerinduan itu setidaknya sedikit terobati
==.. selamat menikmati malam jum'at di rumah. aku disini menikmatinya dengan menonton panggung gembira.
==.. dan bukankah esok si pemilik hati dengan gunung es itu bertambah tua.. kalau benar, siapapun anda yang membaca post ini, tolong untuk menyampaikan salamku kepada mira.
Comments
Post a Comment