Skip to main content

Tentang Rindu

     sebuah rasa yang muncul untuk satu atau banyak hal yang telah lama dan jauh kita tinggalkan adalah rindu. itu adalah satu dari sekian banyak prasaan yang memakan tempat di hati, sehingga seringkali membuatnya terasa sempit dan sesak.

    hampir semua orang yang pernah melakukan perpindahan dengan artian sesimpel apapun pernah mengalami rindu, karena boleh dikatakan, itu adalah hal yang sangat manusiawi sekali, sebagai bukti bahwa manusia sangatlah lemah, bahkan untuk sekedar berpisah dengan sesuatu yang terlanjut masuk kedalam hatinya.

     rindu juga sering diibaratkan seperti sebuah penyakit yang perlu diobati, namun juga ada kalanya rindu itu justru perlu dirawat. agar kita selalu menghargai apa yang kita miliki.
    rasa rindu itu jugalah yang tak jarang mendorong diri kita untuk menjadi gila sesaat. memang kita perlu sedikit keluar dari batas kebiasaan untuk merasakan sensai baru.

    mungkin rasa rindu itu jugalah yang akhir-akhir atau bahkan selama ini menyelimuti batin dan jiwaku. semenjak aku memilih ponorogo dan gontor sebagai tempat hidup dan belajarku yang baru, banyak sekali hal yang harus kutinggalkan dirumah, berpisah sekalipun sudah terlanjur mendarah daging.

    buku, internet, gadget, laptop, sepeda, burger, pizza, novel, gramedia, bahkan teman sekalipun mau tidak mau harus kutinggalkan. walaupun jujur, di gontor aku mendapat  banyak hal yang menggantikan semua yang tertinggal, namun tetap saja, aku merindu itu semua.

    dan hal yang paling kurindukan saatu aku jauh terputus dengan semua koneksi adalah kehadiran perempuan. inilah sekolah dengan 4000 murid laki-laki tanpa selingan wanita sama sekali. berhubungan dengan wanita disini haram hukumnya, bisa-bisa di skors selama satu tahun atau bahkan bisa diusir tanpa hormat.


     berorganisasi, berolahraga, makan, masuk kelas, berkumpul dengan teman seminat, semuanya dilakukan tanpa sentuhan—atau hiburan— perempuan sekali. bahkan kadang aku lupa bagaimana rasa gugup, keringat yang mengalir deras,  atau degup jantung tak menentu saat berhadapan dengan perempuan. dan rasanya aku perlu diingatkan.

     kalau sudah rindu seperti itu, pasti aku juga rindu dengan kehidupan dunia luar. seketika muak dengan kehidupan pondok yang hyperprotective
     i have nothing to do to disappear it. tapi hanya dengan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan seperti inilah, paling tidak rasa pedih dari kerinduan itu setidaknya sedikit terobati


==.. selamat menikmati malam jum'at di rumah. aku disini menikmatinya dengan menonton panggung gembira.
==.. dan bukankah esok si pemilik hati dengan gunung es itu bertambah tua.. kalau benar, siapapun anda yang membaca post ini, tolong untuk menyampaikan salamku kepada mira.

Comments

Popular posts from this blog

Gontor Horror Story~

Satu (lagi) kejadian yang sempat membuat pondok sibuk membicarakannya. Beberapa hari yang lalu, dikabarkan bahwa seorang santri yang berasrama di gedung Yaman kesurupan *JGLARR!!. Letak gedung itu memang cukup ekstrim, yakni diujung tenggara kawasan pondok dan paling dekat dengan sungai Malo—sungai tempat sisa-sisa pengikut PKI dipancung berpuluh tahun yang lalu— letak tersebut masuk kategori seram dan mengerikan untuk ukuran asrama. Menurut kabar yang beredar, sebab seorang santri itu kesurupan menurutku cukup menarik perhatian. Ceritanya, si Dono—sebut saja begitu— kehilangan sejumlah nominal uang yang dia simpa di dalam lemari pakaian. Tidak terima dan sakit hati, emosi Dono pun memuncak. Berdirilah ia di teras kamarnya di lantai dua yang langsung menghadap ke arah sungai Malo. “Sini! Genderuwo, Kuntilanak, Tuyul, atau apapun yang ngambil duitku. ANA LA AKHOF!! Nggak Takut!!” Seperti itu kurang lebih ia berteriak meluapkan amarah . Seakan tantangannya sampai ke telinga ...

Nyusu Sambil Ngemil Frech Fries ala The Milk #KulinerBoyolali

Penampang dari meja luar Petualangan Ulil bareng Griya Pulisen Boys menyusuri sudut-sudut mengisi perut di Boyolali pada malam hari belum berakhir. Kali ini spesial banget, karena malam ini, adalah malam takbiran. Malam ini kami keluar Cuma bertiga, Ulil, Estu (@paangestu), Aga (@Riyanto_aga). Dido yang biasanya habis-habisan di- bully sedang mudik ke habitat asalnya, sementara Arsyad, nyusul terakhiran. Padahal kami bertiga baru keluar dari gapura Griya Pulisen I hampir pukul 21.30 malam, tapi jalanan Boyolali masih ramai banget. Apalagi Jl. Solo-Semarang yang melintasi pasar kota boyolali. Polisi lalu lintas berjaga hampir di setiap persimpangan, memejeng motor dengan lampu panjang berkelap-kelip merah di atas joknya. tembok Kecuali mobil-mobil pemudik yang bernomor polisi B,F,D, dsb., jalanan dipenuhi oleh mobil-mobil bak terbuka yang mengangkut belasan orang, entah kemana tujuan mereka. Yang jelas, hampir setiap mobil sudah dilengkapi dengan speaker jumbo yang meng...

Damainya Gontor Tanpa Marosim~

Di Gontor ada dua jalan pemikiran yang saling bertentangan namun juga selalu berjalan beriringan menemani kehidupan santri. Yang pertaman adalah mereka yang setuju bahwa marosim itu bermanfaat untuk melancarkan kegiatan pondok, dan kedua adalah mereka yang justru menganggap marosim adalah bukti bahwa santri Gontor itu lelet dan tidak punya jiwa ketanggapan Jika diterjemahkan denganbahasa arab yang benar, marosim itu berarti upacara. Namun dalam istilah gontori, marosim adalah suatu cara yang dilakukan oleh pengurus untuk mempercepat gerak anggotanya. Misalkan marosim pergi ke masjid, marosim keluar kamar sebelum membaca do’a, marosim berwudlu sebelum shalat, marosim masuk kelas, dan masih banyak lagi. Pokoknya selama ini hidup santri Gontor selalu lengket dengan kata marosim.penggunaan kata marosim tersebut merujuk pada anggota-anggota yang diberdirikan dengan suatu posisi barisan tertentu menyerupai upacara jika terlambat. Sebenarnya penggunaa kata marosim itu kurang tep...