Dimana akan ku cari..
Aku menangis seorang diri...
Hatiku slalu ingin bertemu..
Denganmu aku bernyanyi..
Ayah...
Dengarkanlah..
Aku ingin bertemu..
Walau hanya dalam mimpi
Ada dua pahlawan paling hebat dalam hidupku, yang pertama tak lain adalah ibuku. dan yang kedua adalah ayahku, yang sering ku panggil 'Abah'. Abah adalah lelaki yang sangat menyayangi keluarganya. Tulang ia bangting, keringat ia peras cuma untuk menghidupi keluarganya, dan utamanya, tiga buah hati yang makin beranjak dewasa ini. Abah juga seorang yang berjiwa besar dan berhati lembut. Sungguh beda dengan bapak-bapak yang lain di dunia. kalo yang lain sering menggunakan cara-cara keras, teriakan, atau bahkan pukulan, dan gak sedikit anak yang bilang kalo dia takut sama bapaknya dalam artian takut digebukin atau dimarahin, berbeda dengan abah. Pendidikan dan banyak pengalaman yang ia alami membuatnya berbeda, walaupun ia menerima perlakuan seperti itu dari ayahnya yang lain adalah kakekku, kakek yang belum pernah aku lihat. Tapi ia tak pernah melakukan hal yang sama dalam mendidik buah hatinya, dalam mendidikku. ia tak sekedar melarang ini dan melarang itu, ia memberi kami kebebasan, tapi juga pemahaman antara mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kami tumbuh besar dengan segala pengertian, tak perlu orang tua kami memukul kami, atau menggunakan cara keras lainnya, cukup dengan isyarat
.
Abah punya banyak sekali harapan yang ditaruh dalam diri kami, anak-anaknya. tak jarang abah bercerita tentang masa muda-nya, bagaimana sulitnya belajar saat itu. dan ia lah yang selalu menggembor-gembori aku untuk membaca dan menulis, hingga saat ini pena dan kertas menjadi sahabat terdekatku.walaupun tak jarang kami belum mampu mewujudkan apa yang ia inginkan, tapi ia tak pernah menunjukkan rasa kecewanya pada kami, justru ia yang selalu menguatkan kami.
Abah yang dahulu adalah seorang politisi yang aktif, sampai Surya Negara jadi nama belakangku, karena aku lahir bertepatan saat partai abah lahir juga, Partai Amanat Nasional, jadi abah menyimpan doa di dalam namaku agar suat saat nanti aku bisa memimpin bangsa ini, meneranginya dari kegalapan ciieeh haha. Bahkan pada pemilu 2009 lalu, abah maju mencalonkan dirinya untuk jadi DPRD Boyolali, tapi aku kurang setuju, maaf bah. karena belum jadi DPR saja, aku rasa perhatiannya ke keluarga mengurang, aku takut nanti akan lebih berkurang lagi, dan orang orang di gedung parlemen itu sedikit yang bersih. dan jadi pejabat itu banyak godaannya. dan akhirnya setelah hasil pemilu keluar, abah belum diberi kesempatan oleh Allah untuk duduk di salah satu kursi di gedung itu. entah aku harus senang atau sedih, senang karena aku kurang setuju abah jadi pejabat, sedih karena apa yang abah usahakan belum berhasil, tapi aku tau, aku percaya, rencana Allah itu luar biasa dibalik semua itu.
Abah juga orangnya sangat merakyat sekali, mau merasakan rekosonya hidup jadi orang kecil, kadang aku sangat terharu sekali kalo harus lihat ia makan sambil duduk di tangga, entah apa maksudnya. aku juga sedih kalo lihat wajahnya yang lelah habis kerja, tapi tetep berusaha terlihat biasa aja di depan kami.
ah terlalu banyak kenangan bareng abah untuk diceritakan satu satu, semoga saja, walaupun jauh, terpisah beratus-ratus kilo meter di sana, abah selalu diberi kesehatan agar suatu saat nanti aku bertukar posisi dengannya, aku yang bekerja, dan abah menikmati hari tuanya dengan tenang.
Aku menangis seorang diri...
Hatiku slalu ingin bertemu..
Denganmu aku bernyanyi..
Ayah...
Dengarkanlah..
Aku ingin bertemu..
Walau hanya dalam mimpi
Ada dua pahlawan paling hebat dalam hidupku, yang pertama tak lain adalah ibuku. dan yang kedua adalah ayahku, yang sering ku panggil 'Abah'. Abah adalah lelaki yang sangat menyayangi keluarganya. Tulang ia bangting, keringat ia peras cuma untuk menghidupi keluarganya, dan utamanya, tiga buah hati yang makin beranjak dewasa ini. Abah juga seorang yang berjiwa besar dan berhati lembut. Sungguh beda dengan bapak-bapak yang lain di dunia. kalo yang lain sering menggunakan cara-cara keras, teriakan, atau bahkan pukulan, dan gak sedikit anak yang bilang kalo dia takut sama bapaknya dalam artian takut digebukin atau dimarahin, berbeda dengan abah. Pendidikan dan banyak pengalaman yang ia alami membuatnya berbeda, walaupun ia menerima perlakuan seperti itu dari ayahnya yang lain adalah kakekku, kakek yang belum pernah aku lihat. Tapi ia tak pernah melakukan hal yang sama dalam mendidik buah hatinya, dalam mendidikku. ia tak sekedar melarang ini dan melarang itu, ia memberi kami kebebasan, tapi juga pemahaman antara mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kami tumbuh besar dengan segala pengertian, tak perlu orang tua kami memukul kami, atau menggunakan cara keras lainnya, cukup dengan isyarat
.
Abah punya banyak sekali harapan yang ditaruh dalam diri kami, anak-anaknya. tak jarang abah bercerita tentang masa muda-nya, bagaimana sulitnya belajar saat itu. dan ia lah yang selalu menggembor-gembori aku untuk membaca dan menulis, hingga saat ini pena dan kertas menjadi sahabat terdekatku.walaupun tak jarang kami belum mampu mewujudkan apa yang ia inginkan, tapi ia tak pernah menunjukkan rasa kecewanya pada kami, justru ia yang selalu menguatkan kami.
Abah yang dahulu adalah seorang politisi yang aktif, sampai Surya Negara jadi nama belakangku, karena aku lahir bertepatan saat partai abah lahir juga, Partai Amanat Nasional, jadi abah menyimpan doa di dalam namaku agar suat saat nanti aku bisa memimpin bangsa ini, meneranginya dari kegalapan ciieeh haha. Bahkan pada pemilu 2009 lalu, abah maju mencalonkan dirinya untuk jadi DPRD Boyolali, tapi aku kurang setuju, maaf bah. karena belum jadi DPR saja, aku rasa perhatiannya ke keluarga mengurang, aku takut nanti akan lebih berkurang lagi, dan orang orang di gedung parlemen itu sedikit yang bersih. dan jadi pejabat itu banyak godaannya. dan akhirnya setelah hasil pemilu keluar, abah belum diberi kesempatan oleh Allah untuk duduk di salah satu kursi di gedung itu. entah aku harus senang atau sedih, senang karena aku kurang setuju abah jadi pejabat, sedih karena apa yang abah usahakan belum berhasil, tapi aku tau, aku percaya, rencana Allah itu luar biasa dibalik semua itu.
Abah juga orangnya sangat merakyat sekali, mau merasakan rekosonya hidup jadi orang kecil, kadang aku sangat terharu sekali kalo harus lihat ia makan sambil duduk di tangga, entah apa maksudnya. aku juga sedih kalo lihat wajahnya yang lelah habis kerja, tapi tetep berusaha terlihat biasa aja di depan kami.
ah terlalu banyak kenangan bareng abah untuk diceritakan satu satu, semoga saja, walaupun jauh, terpisah beratus-ratus kilo meter di sana, abah selalu diberi kesehatan agar suatu saat nanti aku bertukar posisi dengannya, aku yang bekerja, dan abah menikmati hari tuanya dengan tenang.
Comments
Post a Comment