Skip to main content

Memahami Cara Berekspresi Setiap Orang

      Setiap kepala yang sudah memimpin badannya untuk menjalani kehidupan, mengalami pendidikan yang berbeda-beda dari lingkungan dan keadaan keluarga yang juga berbeda-beda. Setiap orang juga memiliki pengalaman yang tidak sama dengan manusia yang lainnya. Jangankan orang yang berbeda rumah, beda orang tua, beda daerah, negara, dan pendidikan yang didapat. Orang kembar saja penulis yakin mereka memiliki pengalaman yang berbeda. Jangankan orang kembar yang masih terpisah badanya, dua anak yang kembar siam, memiliki satu tubuh, satu jantung, atau bahkan satu hati, selama mereka memiliki dua kepala, penulis yakin mereka punya pengalaman yang berbeda walaupun selalu bersama.
     Dari lingkungan, pendidikan, orang tua, dan faktor-faktor eksternal lainnya seperti apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, sesorang terbentuk. Jelas, dari hal-hal tersebut yang berbeda antara yang seseorang dapat dan orang lain dapatkan, kita semua memiliki cara berpikir dan cara pandang yang berbeda terhadap sesuatu. Dari perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap orang itulah muncul yang namanya kesukaan, muncul passion yang juga berbeda. Dan tidak dapat dipungkiri kalau kita akan merasa nyaman saat kita memenuhi ataupun menjalani sesuatu yang sejalan dengan passion kita.
     Berekspresi adalah suatu cara yang manusia lakukan untuk mengeluarkan,
mengungkapkan apa yang mereka simpan dalam kepalanya. Cara berekspresi setiap orang itu juga berbeda, akan mengikuti dan bersesuaian dengan passion mereka, selalu. Seorang pelukis akan berekspresi dengan menghasilkan karya-karya lukis yang luar biasa. Tidak ada ceritanya pelukis berekspresi dengan menggelar konser untuknya bernyanyi lalu mendapat banyak penggemar dari itu. Kecuali kalau seorang pelukis itu merangkap sebagai penyanyi. Pelukis akan digemari banyak orang karena lukisannya, penyanyi punya banyak fans karena suara dan aksi panggungnya, musisi akan dikenang karena nada-nada nada indah yang ia rangkai. Setiap orang akan dihargai dengan cara berekspresi mereka yang beragam, yang bersesuaian dengan passionnya.
    Sebenarnya seseorang itu tidak perlu mengikuti cara berekspresi orang lain. Kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri. Karena sesuatu yang kita lakukan akan maksimal hasilnya jika kita suka dengan sesuatu itu. Dengan menjadi orang lain, kita hanya akan kehilangan keunikan yang ada didalam diri kita. Padahal keunikan itu merupakan sebuah potensi yang bisa kita kelola dan kembangkan. Tanpa keunikan, orang tidak akan pernah tertarik kepada kita.
    Manusia itu nggak ada yang sempurna, seperti kutub utara yang dilengkapi kutub selatan. Pasti kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi nyatanya kita lebih merasa punya kelebihan walaupun sedikit daripada sadar kalo punya banyak kekurangan. Itulah mengapa kita sering sekali membenci orang lain hanya karena mereka berbeda dengan kita, memiliki cara berekspresi yang lain. Padahal itu bukanlah hal yang baik, seharusnya kita mau dan mampu untuk melihat seseorang lebih dalam melalui berbagai cara pandang. Jikalau seseorang kurang dalam hal ini, pastilah dia memiliki kelebihan di suatu bidang yang lain. Memandang rendahcara berekspresi orang lain juga bukanlah hal yang baik. Karena tidak ada cara berekspresi yang buruk. Yang ada, yang dibolehkan atau tidak oleh ajaran agama. Karena semua orang juga berbeda. Tanpa perbedaan itu dunia akan terasa monoton. Kalo nggak ada yang suka melukis, siapa yang bakal jadi ilustrator di koran-koran. Kalo nggak ada yang suka nyanyi, siapa yang bakal ngisi rak album di toko musik. Kalau nggak ada yang suka travelling, siapa yang bakal mendistribusikan makanan. Kalo nggak ada yang suka masak, siapa yang bakal mengisi kekosongan perut kita. Dan kalau tidak ada yang suka menulis, siapa yang mau mengingatkan saudaranya dengan cara seperti ini?

Comments

Popular posts from this blog

Gontor Horror Story~

Satu (lagi) kejadian yang sempat membuat pondok sibuk membicarakannya. Beberapa hari yang lalu, dikabarkan bahwa seorang santri yang berasrama di gedung Yaman kesurupan *JGLARR!!. Letak gedung itu memang cukup ekstrim, yakni diujung tenggara kawasan pondok dan paling dekat dengan sungai Malo—sungai tempat sisa-sisa pengikut PKI dipancung berpuluh tahun yang lalu— letak tersebut masuk kategori seram dan mengerikan untuk ukuran asrama. Menurut kabar yang beredar, sebab seorang santri itu kesurupan menurutku cukup menarik perhatian. Ceritanya, si Dono—sebut saja begitu— kehilangan sejumlah nominal uang yang dia simpa di dalam lemari pakaian. Tidak terima dan sakit hati, emosi Dono pun memuncak. Berdirilah ia di teras kamarnya di lantai dua yang langsung menghadap ke arah sungai Malo. “Sini! Genderuwo, Kuntilanak, Tuyul, atau apapun yang ngambil duitku. ANA LA AKHOF!! Nggak Takut!!” Seperti itu kurang lebih ia berteriak meluapkan amarah . Seakan tantangannya sampai ke telinga ...

Nyusu Sambil Ngemil Frech Fries ala The Milk #KulinerBoyolali

Penampang dari meja luar Petualangan Ulil bareng Griya Pulisen Boys menyusuri sudut-sudut mengisi perut di Boyolali pada malam hari belum berakhir. Kali ini spesial banget, karena malam ini, adalah malam takbiran. Malam ini kami keluar Cuma bertiga, Ulil, Estu (@paangestu), Aga (@Riyanto_aga). Dido yang biasanya habis-habisan di- bully sedang mudik ke habitat asalnya, sementara Arsyad, nyusul terakhiran. Padahal kami bertiga baru keluar dari gapura Griya Pulisen I hampir pukul 21.30 malam, tapi jalanan Boyolali masih ramai banget. Apalagi Jl. Solo-Semarang yang melintasi pasar kota boyolali. Polisi lalu lintas berjaga hampir di setiap persimpangan, memejeng motor dengan lampu panjang berkelap-kelip merah di atas joknya. tembok Kecuali mobil-mobil pemudik yang bernomor polisi B,F,D, dsb., jalanan dipenuhi oleh mobil-mobil bak terbuka yang mengangkut belasan orang, entah kemana tujuan mereka. Yang jelas, hampir setiap mobil sudah dilengkapi dengan speaker jumbo yang meng...

Damainya Gontor Tanpa Marosim~

Di Gontor ada dua jalan pemikiran yang saling bertentangan namun juga selalu berjalan beriringan menemani kehidupan santri. Yang pertaman adalah mereka yang setuju bahwa marosim itu bermanfaat untuk melancarkan kegiatan pondok, dan kedua adalah mereka yang justru menganggap marosim adalah bukti bahwa santri Gontor itu lelet dan tidak punya jiwa ketanggapan Jika diterjemahkan denganbahasa arab yang benar, marosim itu berarti upacara. Namun dalam istilah gontori, marosim adalah suatu cara yang dilakukan oleh pengurus untuk mempercepat gerak anggotanya. Misalkan marosim pergi ke masjid, marosim keluar kamar sebelum membaca do’a, marosim berwudlu sebelum shalat, marosim masuk kelas, dan masih banyak lagi. Pokoknya selama ini hidup santri Gontor selalu lengket dengan kata marosim.penggunaan kata marosim tersebut merujuk pada anggota-anggota yang diberdirikan dengan suatu posisi barisan tertentu menyerupai upacara jika terlambat. Sebenarnya penggunaa kata marosim itu kurang tep...