Skip to main content

Bukan Buka Bersama Biasa jeelll



Bertemu teman lama dan mengingat bahwa dulu kita pernah punya kenangan bersama itu selalu seru! Bahkan sering sekali jadi mengharukan. Malam ini, dengan semilir angin gunung yang berhembus turun menyusuri gang-gang perumahan mendinginkan kota, dan gemerlap gemintang dari tujuh lapis langit, batinku puas sekali. Akhirnya buka bersama dan reuni temen-temen alumni MIN Boyolali tahun 2012 alias 'NAMIBO' selesai juga. Awalnya kukira acara ini bakal seru. Ternyata seru banget! Lelah memutar otak, menarik gas, dan mengutak-atik adobe premiere untuk mempersiapkan acara ini terbayar lunas sudah saat temen-temen bisa ketawa bareng lagi. Memang melihat orang tersenyum karena keringat kita itu sebuah kebahagiaan tersendiri.
 Buka bersama kali ini emang bener-bener beda dan berkesan sekali dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Selain karena ada beberapa orang teman yang merelakan dirinya buat jadi panitia untuk mengurusi acara ini dari A sampai Z-nya, juga karena yang dateng jauh dari jumlah yang panitia perkirakan. Pertamanya kami ragu memesan katering prasmanannya untuk 60 porsi. Ternyata temen-temen yang dateng lebih dari 52 orang. Itupun belum termasuk mereka yang dateng terlambat dan belum sempat mengisi daftar hadir. FANTASTIS!!! Tapi sayang, aku sendiri kaget denger ada salah satu temen kita yang gak dapet nasi. Lebih sakitnya, baru tahu itu satu hari setelah acara ini selesai. Dan lebih nyeseknya, ada 9 porsi yang dibungkus buat panitia. Atitnya tuh disini -__- semoga saudara habib yang gak dapef nasi dapat mengikhlaskan 25 ribunya. Duh maaf curhat.
 Buber kali ini sengaja aku ajak temen-temen make aula MIN sendiri. Niatnya sih biar berasa berkuasa dan aura nostalgianya lebih kental gitu. Abisnya buber tahun sebelumnya kita udah nyewa tempat dan maen akustikan sendiri, eh ternyata di satu tempat itu ada 3 acara buka bersama secara bersamaan! Jadi bisa dibayangkan gimana bingung, rame, dan sulitnya panitia tunggal mengurusinya. Karena menurutku sendiri sih buka bersama itu bukan cuma sekedar makan bareng sama temen-temen, tapi juga waktu yang pas buat menyampaikan suatu hal. Dan hal yang selalu ingin aku sampaikan didalam buka bersama NAMIBO adalah kebersamaan yang udah kita bangun selama enam tahun di MIN ini sungguh terlalu sayang untuk dilupakan begitu saja hanya karena kita dapat lingkungan sekolah yang baru. Sayaaang karena kita bisa memulai langkah disini sebagai orang asing dan berakhir sebagai sahabat, bahkan lebih. Semoga perasaan itu mulai tumbuh didalam hati mereka-mereka
Tapi rasanya kalau diadain setiap tahun juga nanti lama-lama kita sendiri akan menganggap acara ini biasa aja, saat rasa kangen bertemu teman lama itu sudah mati karena terbiasa. Dan waktu serta jarak tidak dapat menumbuhkannya lagi. Maka rencanaku, dengan mengajak teman-teman yang merelakan dirinya untuk menjadi panitia, kita pengen buka bersama ketiga di tahun kedua setelah lulus ini sangat berkesan. Kita pengen orang-orang yang selama ini nggak pernah dateng pada buber-buber sebelumnya hadir juga, dan harus ada sesuatu yang bikin mereka nangis, baru setelah mereka nangis, kita masukin games berdoorprize biar hepi lagi. Dan setelah ini, tidak ada buber besar-besaran seperti ini lagi untuk jangka beberapa tahun kedepan. Biarkan rasa rindu itu tumbuh dan memuncak dulu. Kita ledakkan nanti lima tahun lagi!
Sebenarnya membuat acara reuni untuk kita-kita yang baru jadi alumni seumuran jagung ini dipenuhi rasa pesimis. Banyak orang yang sempat kita mintai pencerahan bilang, baru beberapa tahun aja udah ngajakin reuni. Nanti lah kalo udah beranak-pinak baru reuni! Tai! itu kelamaan! Keburu lupa. Tapi ini bukan bagaimana rasa pesimis orang-orang itu membatalkan rencana mulia ini :D ini bagaimana kita mengubah 'peremehan' mereka menjadi semangat agung untuk menyukseskan reuni kami! Beruntung sekali Allah mempertemukanku kembali dengan Fahri Ramadhan, Ari Oktavia, Shiela salma, Syaifuddin, Taufik Luqman, Genta Dwi, Febri Ragil, Ichsanu Al-kautsar, Wanda Widya, Acha Wahyu. Mereka itulah relawan yang paham arti sebuah kekeluargaan. Untungnya mereka siap membantu dan menjadi motivasi tersendiri bagiku yang meyakinkan bahwa acara ini harus suksès.

Dimulai pada hari Ahad, 6 juli 2014. Panitia menyelesaikan rapat pertama dan menyetujui buka bersama ini bakal dilaksanakan pada Senin, 21 juli 2014. Cukup lama juga ya persiapannya, terhitung dari 6 juli ada 15 hari. Di meeting pertama itu kita juga sempat rekam-rekam video dan narasi untuk bahan short film yang akan kita putar di aula pada hari H nanti. Aku sendiri bersumpah didalam diri bakal bikin video yang nyentuh hati mereka yang paliing dalam. Sejak hari itu juga, hari, jam, detik kami penuh dengan sms, bbm, chat sana-sini heboh mengabari teman-teman yang lain untuk datang meramaikan. Disisi yang lain, aku sendiri bingung harus mengedit video pake apa. Bahkan untuk memindahkan video dari handycam ke komputer saja aku bingung. Apalagi kalau harus bersentuhan dengan adobe premiere. Kalau sekedar movie maker saja mungkin jemariku sudah terbiasa. Tapi ternyata dengan muvi maker hasilnya kurang maknyos. Maka sejak hari itu, hari, jam, detikku sibuk belajar menjalankan adobe premiere dengan bantuan mbah google dan tante youtube.
 Kita juga mulai sibuk nyari ketring mana yang murah, enak, dan siap melayani pesanan dalam bentuk prasmanan. Belum lagi untuk stiker, snack, dan apa yang akan kita bakar untuk barbeque-an. Namanya barbeque sih sebenernya bakar daging sapi ya. Tapi kita minjem istilah itu buat bakar yang lain :D. Sementara itu, Acha dengan jabatan sound director yang juga bertanggung jawab untuk mengisi acara kami dengan band-nya pasti sibuk latihan. Apalagi mereka main tanpa bayaran sepeserpun. Gak pernah rugi deh punya temen jago maen musik! Finally, sticker udah siap cetak, video udah 50% proses pembuatan, dan yang paling penting kita berhasil menemukan MAKARTI Katering yang siap melayani kebutuhan perut kami. Kita janji bakal balik lagi pada tanggal 15 buat memastikan pesanan dan bayar uang DP. Tepat sehari setelah hari terakhir target pembayaran selesai pada tanggal 14. Setelah sore-sore keliling kota bareng fahri narikin duit yang sudah berhasil dikumpulkan oleh panitia, kita berdua dateng lagi ke kantor MAKARTI. Pertamanya kita cuma mesen buat 40 porsi, tapi melihat potensi temen-temen yang dateng bakal banyak banget, dan desakan dari Mas Fahri, sore itu kita Fix mesen 60 porsi prasmanan dengan harga satuan 15.000. Total 900.000 --'. Kita harus bayar 50% dari total pembayaran hari itu juga. Maka fix sore itu duit yang udah masuk ke data pemasukan ludes buat bayar DP katering tok! Guk! Pertamanya sempet bingung juga gimana kalo ternyata duitnya kurang, bahkan untuk melunasi uang makan yang masih kurang 400.000 saja, belum sticker, snack, dan yang lain. Jadi makin deg-degan. Kira-kira nanti berapa yang harus panitia tutupin.
Pada tanggal 15 itu juga panitia menggelar meeting kedua dan terakhir untuk mengecek apasaja yang masih kurang. Meeting kedua itu kita adain di bakso malang ngarep amigo. Modus biar bisa buka gratis sekalian :D. Setelah meeting, karena anak-anak lagi males pulang, kita keliling kota. Dan akhirnya mblasuk juga ke rumahnya Bu Syarifah, sekalian ngantèr undangan :)
 Semakin deket ke hari H, bukan cuma tambah seneng, aku juga makin deg-degan. Video udah kelar. Bahkan aku sendiri nangis-nangis makannya. Loh? Tapi sayangnya file '.pproj' gak bisa diexport ke bentuk lain yang bisa diputer di windows media player. Mana semakin hari komputer yang dipake ngedit semakin butut. Shit! Tapi tenang, data uang yang udah masuk ke panitia udah cukup buat melunasi hutang ke katering dan mencukupi kebutuhan bakar-bakaran, sticker, dan snack. Bahkan menurut perkiraan kita nanti masih ada sisa buat beli petasan :D semoga saja. Walau aku belum melihat wujudnya, tapi mendengarkan jumlah nominalnya saja sudah cukup membuat hati adem ayem.
 H-1 semua sudah oke. Cuma kurang beli jagung bakar. Eh jagung manis buat dibakar maksudnya. Karena sisa duitnya buanyak banget, kita setuju mau bakar sosis juga.
Hari H pagi-pagi sekali, bahkan sebelum manusia-manusia yang melanjutkan tidurnya setelah sahur bangun, aku, bareng fahri tentunya udah ke pasar! Gila, berasa bertransformasi jadi mak mak untuk sementara. Kita berdua udah punya opsi kalo nggak nemu barang yang dimaksud, alias jagung manis di pasar boyolali, bakal langsung cabut ke pasar mojosongo. Jihad banget kan. Apasih yang nggak buat namibo. Tapi sayangnya. Eh untungnya, baru sampe di pasar aja kita langsung disambut oleh puluhan, ratusan, bahkan ribuan, jutaan, milyaran. Nggak-nggak ini terlalu berlebihan. Puluhan tukang sayur. Tapi nggak ada yang jualan jagung --'. Eh ternyata ada! Kita beli jagung 11 kilo, tapi sayang murah banget. 4 ribu per kilonya. Jadi uang sisa masih sangat banyak. Dan kita makin bingung nanti bakal dikemanain uang-uang itu. Jelas kalo dibagiin ke panitia adalah opsi yang salah karena kita kerja dengan semangat perjuangan!
Pagi itu juga, beberapa jam setelah pulang dari pasar, dan mungkin manusia-manusia yang melanjutkan tidurnya setelah sahur masih belum bangun juga, aku, dan Fahri tentunya udah nyapuin aula! Tempat buber kita nanti. Lebih mudah dari yang kita kira, karena saat itu panitia belum sempet ngasih tahu ke Mas Tri sebagai juru kunci MIN bakal ada acara ini. Untungnya pagi itu beberapa guru masih ada yang masuk. Jadi urusan kunci-mengunci dapat terselesaikan dengan mudah.
Singkat cerita, acara udah bener-bener siap setelah dzuhur. Proyektor udah nyala, tempat udah bersih, kloso udah digelar, alat-alat musik punya Acha dan kawan-kawannya udah ditata rapih dan Alhamdulillah nyala semuanya, Jagung udah dikuliti, tinggal mbakar aja, sosis juga udah disunduk-sundukin, minta dibakar juga, dan Sip! Tinggal pulang dan mandi.
Satu-persatu tamu undangan pun datang, semakin lama, aku semakin kaget melihat
daftar hadir yang aku print 5 lembar perlahan tapi pasti penuh terisi. Dilembar terakhir sampai ke nomer 52. Ini sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Mana pernah ada Alumni MIN yang rata-rata masih kelas tiga SMP ngadain buka bersama seheboh ini. Sayangnya guru-guru yang kita undang sore hari itu nggak ada yang dating. Sama sekali! Padahal kami sangat mengharapkan kehadiran mereka buat ngasih motivasi. Dan biar mereka tau, sehebat ini loh anak-anak yang mereka didik dulu. Sayangnya lagi, tante Rena sebagai pembawa acara dating terlambat, dan belum tau sama sekali susunan acara buka bersama kita. Padahal akhirnya dia nggak mbayar sepeserpun -___-. Karena Pak Rasyid yang sedianya akan memberikan sambutan tidak hadir, sial sekali panitia harus menggantikannya member sambutan. Karena bingung mau ngaqpain setelah sambutan, video sakral yang dibuat selama Sembilan hari penuh perjuangan itu diputar. Bener-bener serasa nonton film di Bioskop
karena semua lampu dimatiin. Aula MIN yang sebelumnya terasa seperti pasar malam seketika berubah jadi kuburan. Sepi. Semuanya hening menyimak. Tidak dapat dipungkiri lagi, dari mereka aku yakin ada yang sesenggukan terharu. Ada juga yang nggak kuat dan akhirnya keluar ruangan, hilang entah kemana. Sementara yang lain pada nonton di dalam, aku sibuk menenangkan Ari biar nggak nangis gara-gara adegan yang menurutnya sangat memalukan tetep diputer. Mengharukan sekali.
Sesuai rencana, setelah semua mata merah terharu, kita mulai gamesnya. Sebenernya games ini usulan shiela, atau topik? Tapi yang jelas aku yang ngerjain. Namanya ‘Muka-muka

Siapa?’ jadi disitu ada 10 foto anak-anak yang aku colong dari Facebook mereka. Sebelumnya, muka di foto-foto itu udah diganti dengan ‘muka’ yang lain. Tugas mereka gampang aja, Cuma menebak foto siapa sebenarnya yang ada dibalik topeng. Game ini dipandu oleh dua orang paling ganteng di dunia. Siapa lagi kalau bukan Ulil dan Acha. 5 doorprize. Mereka yang beruntung sekali dapat doorprize adalah : Shihab, Yuda, Ayik, Farah, dan Farah. Sementara yang salah : Berliana, sebenernya hukuman buat dia adalah nyanyi, tapi karena saat itu udah masuk waktu buka puasa, maka hukumannya kita pending. Dan Candra, yang dapet hukuman jadi muadzin.
Setelah buka, dan shalat maghrib tentunya, sebenarnya kita masih ada game lagi, doorprize masih ada 5, juga masih ada bakar-bakar jagung dan sosis. Sayang setelah selesai
foto bareng acara mulai nggak terkontrol. Ada yang kabur lah, ada yang dolanan mercon lah, dan yang paling parah ada yang nangis mau pulang. Duh -__-. Yang paling parah banget ada yang kesurupan. Duh -___- gak tau beneran apa enggak, tapi ini bukan reog-an mas. Ini buka bersama. Kesurupanmu ora pas banget timingnya. Sementara Fahri dan Alka sibuk dengan areng, Rena sibuk mikir dan teriak-teriak gimana caranya anak-anak bisa bikin lingkaran besar buat maen game lagi. FYI, kita udah pindah tempat dari Aula ke Lapangan parkir. Eh lapangan upacara maksudnya.
Karena sisa uang masih buanyak buanget, kita beli beberapa liter petasan. Hebatnya, semua petasan yang ukurannya hampir segede pergelangan tangan bayi itu disumet dan dipegang oleh Alka semuanya. S e m u a n y a. Gila! Alka ini emang contoh orang-orang bernyawa sembilan. Yang lebih heboh lagi, petasan terakhir yang disumet tidak meledak di langit semuanya. Beberapa ledakan terakhir meledak ditanah! Heboh! Yap, petasan yang sedianya meluncurkan delapan kembang api kelangit itu patah,mengakibatkan ledakan seru di lapangan parkir. Eh lapangan upacara. Untungnya tidak ada korban jiwa seorang pun. Kalo korban mental mungkin ada. Terlebih Alka yang sampai petasan itu patah dan memuncratkan sisa ledakannya diatas tanah masih menggengngamnya tidak apa-apa, sampai sekarang masih sehat walafiat, bahkan masih bisa update status di facebook.
            Setelah ada adegan kesurupan yang dianggap beberapa orang sebagai pertanda penghuni MIN sudah tidak Ridho kami hepi-hepi disitu, dan sebagian yang lain menganggap itu hanyalah akting pelaku untuk lari dari masalahnya saja, acara mulai tidak dapat dikontrol dengan baik. Semuanya bingung, yang cewek takut pengen pulang, yang cowok bingung kapan apinya nyala. Padahal jagung masih bener-bener utuh belum terbakar sebijipun. Sosis juga masih utuh. Tapi hilang dijarah manusia-manusia pemakan plastik. Karena situasi sudah tidak nyaman sekali, dan kita dalam posisi takut, akhirnya buka bersama yang belum selesai itu dibubarkan secara paksa. Sesuai janji kepada pak kepala, kami membersihkan Tempat-tempat suci yang tadi kami kotori sampai tidak ada debu setitikpun.
            Panitia lebih bingung, jagung belum ada yang dibakar, tapi areng udah habis terbakar semuanya. Anak-anak juga udah pulang. Ini jagung mau diapain -___-. Akhirnya jagung-jagung manis itu dibakar dirumah Udin. Iya, dirumah Udin.
            Walaupun berakhir dengan tragis sekali, acara buka bersama malam itu sangat hebat sekali. Aku puas bisa bertemu sama temen-temenku yang mahal itu. Aku puas bisa melihat senyum mereka yang sekarang udah nggak ingusan lagi. Dan yang paling penting, malam itu adalah bukti yang sangat nyata kalau kami, anak-anak NAMIBO masih sangat menghargai sejarah dengan bersedia berkumpul bareng temen-temen lama lagi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, kan? :D
              Dengan pengalaman mengurusi acara seperti ini aku jadi lebih paham 'taharrak! fa inna fil harakati barakatun' bergeraklah! sesungguhnya didalam pergerakan itu ada barakah. mulai dari ngurusi katering, meyakinkan temen-temen,, membentuk panitia, ngumpulin uang, aku belajar banyak hal. lebih-lebih waktu ngurusin editing video. pertamanya aku nol sama sekali kalo megang adobe premiere. tapi karena tanggung-jawab itu, aku belajar. dan dengan keamburadulan acara ini, aku jadi paham kalo ternyata ak belum bisa memimpin dengan baik. bahkan memimpin teman-temanku sendiri. aku masih harus banyak belajar.
            Aku sendiri masih ingin acara kayak gini diulang untuk bertahun-tahun lagi. Aku nggak akan pernah bosen melihat orang-orang gila itu. Sampai kita beranak-pinak nanti. Walaupun kita semua pasti haus akan petualangan, dan selalu merasa senang kalo dapet temen, dan lingkungan baru yang pastinya lebih asik, tapi sampai kapanpun, aku berjanji dengan janji seorang petarung, kalau NAMIBO, dan teman-teman mahalku itu, tetap memiliki tempat yang khusus didalam hatiku. Will never forget N A M I B O!!!

         
  

Comments

  1. Pengalaman yang bener bener gak bisa dilupakan, dan panitia dan teman teman yang menurut saya agak pada susah diatur tapi alhamdulillah, TARAAAA! acara pada malam itu yang sudah dirancang dari 15hari sebelumnya sangat heboh dan mengesankan! NAMIBO still and will always be s sweetest memory~

    ReplyDelete
  2. Video nya boleh sharing dong mba ulil

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Gontor Horror Story~

Satu (lagi) kejadian yang sempat membuat pondok sibuk membicarakannya. Beberapa hari yang lalu, dikabarkan bahwa seorang santri yang berasrama di gedung Yaman kesurupan *JGLARR!!. Letak gedung itu memang cukup ekstrim, yakni diujung tenggara kawasan pondok dan paling dekat dengan sungai Malo—sungai tempat sisa-sisa pengikut PKI dipancung berpuluh tahun yang lalu— letak tersebut masuk kategori seram dan mengerikan untuk ukuran asrama. Menurut kabar yang beredar, sebab seorang santri itu kesurupan menurutku cukup menarik perhatian. Ceritanya, si Dono—sebut saja begitu— kehilangan sejumlah nominal uang yang dia simpa di dalam lemari pakaian. Tidak terima dan sakit hati, emosi Dono pun memuncak. Berdirilah ia di teras kamarnya di lantai dua yang langsung menghadap ke arah sungai Malo. “Sini! Genderuwo, Kuntilanak, Tuyul, atau apapun yang ngambil duitku. ANA LA AKHOF!! Nggak Takut!!” Seperti itu kurang lebih ia berteriak meluapkan amarah . Seakan tantangannya sampai ke telinga ...

Nyusu Sambil Ngemil Frech Fries ala The Milk #KulinerBoyolali

Penampang dari meja luar Petualangan Ulil bareng Griya Pulisen Boys menyusuri sudut-sudut mengisi perut di Boyolali pada malam hari belum berakhir. Kali ini spesial banget, karena malam ini, adalah malam takbiran. Malam ini kami keluar Cuma bertiga, Ulil, Estu (@paangestu), Aga (@Riyanto_aga). Dido yang biasanya habis-habisan di- bully sedang mudik ke habitat asalnya, sementara Arsyad, nyusul terakhiran. Padahal kami bertiga baru keluar dari gapura Griya Pulisen I hampir pukul 21.30 malam, tapi jalanan Boyolali masih ramai banget. Apalagi Jl. Solo-Semarang yang melintasi pasar kota boyolali. Polisi lalu lintas berjaga hampir di setiap persimpangan, memejeng motor dengan lampu panjang berkelap-kelip merah di atas joknya. tembok Kecuali mobil-mobil pemudik yang bernomor polisi B,F,D, dsb., jalanan dipenuhi oleh mobil-mobil bak terbuka yang mengangkut belasan orang, entah kemana tujuan mereka. Yang jelas, hampir setiap mobil sudah dilengkapi dengan speaker jumbo yang meng...

Damainya Gontor Tanpa Marosim~

Di Gontor ada dua jalan pemikiran yang saling bertentangan namun juga selalu berjalan beriringan menemani kehidupan santri. Yang pertaman adalah mereka yang setuju bahwa marosim itu bermanfaat untuk melancarkan kegiatan pondok, dan kedua adalah mereka yang justru menganggap marosim adalah bukti bahwa santri Gontor itu lelet dan tidak punya jiwa ketanggapan Jika diterjemahkan denganbahasa arab yang benar, marosim itu berarti upacara. Namun dalam istilah gontori, marosim adalah suatu cara yang dilakukan oleh pengurus untuk mempercepat gerak anggotanya. Misalkan marosim pergi ke masjid, marosim keluar kamar sebelum membaca do’a, marosim berwudlu sebelum shalat, marosim masuk kelas, dan masih banyak lagi. Pokoknya selama ini hidup santri Gontor selalu lengket dengan kata marosim.penggunaan kata marosim tersebut merujuk pada anggota-anggota yang diberdirikan dengan suatu posisi barisan tertentu menyerupai upacara jika terlambat. Sebenarnya penggunaa kata marosim itu kurang tep...