![]() |
| Penampang dari depan |
Mau
makan mie ramen? Nggak usah jauh-jauh, di Boyolali juga ada.
Tempatnya
di Waroenk Ramen, di sebelah timur SMA BK 2, jalan ke arah komplek kantor
bupati Boyolali dari Jl. Perintis kemerdekaan.
Sebenarnya
sabtu malam yang lalu diajakin makan di sini sama Galang—
@Chisherz, tapi entah
kenapa, selalu batal janji makan kami. Mungkin belum jodoh. Jadilah malam ini
mengobati rasa penasaran menjajal restoran jepang baru ini bareng anak-anak
Griya Pulisen. Siapa lagi kalau bukan Aga, Estu, Arsyad, dan, em… Dido.
Kalau
boleh jujur, pertama kali masuk ke restoran ini, sedikit kecewa. Ternyata
tidak, atau bahkan jauh dari ekspektasi, bukan seperti image restoran masakan
jepang yang ada dalam kepalaku. Ini lebih mirip warung mie ayam kali ya.
![]() |
| Semoga cukup menggambarkan bagaimana suasananya |
Padahal
restoran ini bukannya cabang Franchise, yang seharusnya sudah memiliki standar
pelayanan dan kenyamanan tersendiri? Hanya yang di Boyolali kah yang seperti
ini? Atau semuanya, entahlah, baru pertama kali makan di tempat ini.
Pertama
masuk sih, kesan ruangnya terlalu sempit, penataan mejanya juga kurang sip,
suasana ‘Jepang’-nya pun hampir tidak terasa, hanya ada beberapa lampion merah
yang tergantung di dinding, sementara tembok di sekeliling, semuanya polos. Cat
hitam, dan sebagian yang lain merah. Jadi kesan restoran jepangnya kurang
mengena. Mungkin akan lebih baik jadinya kalau manajemen restoran membuat
dekorasi yang lebih keren, atau minimal ornamen-ornamen pada dinding yang
minimal bisa membuat pelanggan sedikit merasa di Jepang beneran.
Mas-mas
waiternya oke, seragaman make kaos merah dengan tulisan ‘Keep calm and blablabla…´ tapi yang bikin buru-buru ilfeel adalah,
kita masuk dan disambut dengan dentuman lagu beraliran dangdut koplo. Oh my god, emang dasarnya nggak suka
sih, tapi kan, mas, ini katanya restoran jepang lho. Serius, musiknya merusak
suasana banget.
Jadi
gini, begitu masuk, dan duduk tentunya, akan ada waiter yang memberikan daftar
menu. Waktunya milih, menu utamanya jelas, ramen, ada beberapa pilihan.
Diantaranya, Original, Mushroom, Chicken,
Beef, Naruto, dan lain sebagainya. Pokoknya sama enaknya, Cuma beda isinya
aja. Setelah milih isi ramennya, kita diberi 3 pilihan kuah, 1. Jigoku, gurih 2. Tauco jepang, 3.
Curry, kare. Diantara ketiga pilihan itu, kita sepakat pilihan nomor satu yang
dipesan Dido adalah kuah yang paling enak. Dido memang beruntung, Cuma dia yang
kita ‘paksa’ memilih kuah nomor 1. Padahal kita niatnya memilihkan kuah buat
Dido yang semoga nggak enak, ternyata semuanya enak, hanya Jigoku lebih enak beberapa tingkat di atasnya.
![]() |
| @Paaangestu is choosing what to eat |
Setelah
itu kita harus memilih seberapa pedas kuahnya. Ada 10 level. Level 1-5 gratis,
untuk 6-10, setiap naik level nambah Rp 500,-. Kalo gak salah gitu. Yang jelas
ada biaya tambahan. Tapi level 5 aja itu udah lebih dari pedes. Rasanya udah
mirip kuah mie rebus dengan campuran cabe. Pedes banget.
Selain
Ramen, pilihan makanan yang lain sebenarnya lebih banyak, ada sushi, ada
teriyaki, dan makanan-makanan lain yang gue nggak ngerti.
Minumannya
juga cukup beragam, Float-nya ada
Chocolate, Alpukat, Chocolate Cheese, dsb. Rasa minuman coklatnya hampir sama
dengan yang ada di Sandee. Satu produk kokoa mungkin. Yang spesial adalah, Teh
(Rp 1000,-) sama Teh Ocha (Rp 3000,-) boleh nambah sepuasnya, kata daftar
menunya sih gitu, tapi nggak nyoba, karena satu gelas aja udah kembung.
Di
cabang Boyolali pilihan tempatnya ada dua, yang make meja, dan lesehan. Dengan
pertimbangan kursi yang kurang nyaman, kami berlima pun pindah ke bagian
lesehan. Ternyata nggak jauh beda. Suasananya lebih terang dengan lampu putih
di atap, Cuma sama-sama nggak kerasa suasana jepangnya. Bahkan yang ini lebih
nggak kerasa. Dua buah lampion merah di atas juga tidak memberi kesan apa-apa.
Tapi ya sudahlah, nikmati saja. Kita terima restoran ini dengan segala
kekurangannya.
![]() |
| Chicken Ramen, kuah tauco jepang, level 5 |
![]() |
| ChocolateCheese |
Penyajian
pesanannya tergolong cepat, karena malam itu tinggal kami berlima pelanggannya. Jadi hanya beberapa menit
setelah pindah tempat, 2 mangkuk pertama sudah diantarkan, baru kemudian
minuman dan 3 mangkuk sisanya datang.
Penataannya
lumayan keren, yaah, standar mie ramen lah, nggak mengecewakan, dan
penampangnya itu bikin perut tambah lapar.
Soal
rasa, yaah, nggak mengecewakan juga. Kita anggap ini enak. Belum bisa
membandingkan karena baru pertama kali makan ginian.
Makan
malam kami disini berakhir dengan mbak-mbak pramusaji yang datang meja dengan
membawa bill, ngode biar cepet pergi. Secara, malam itu kami adalah pelanggan
terakhir, dan waktu kami membayar ke
kasir, kursi-kursi pada bagian restoran yang bermeja sudah diangkat, di tata
rapih. Maaf banget lho Mbak -__-‘.
Singkat
kata kami puas, dengan mengikhlaskan segala kekecewaan.
Catatan
sedikit, tempatnya kurang ‘mengenyangkan’ mata, jadi bukan tempat bagus untuk
lo lo yang sukanya foto-foto di tempat makan, beda dari Sandee yang punya
spot-spot keren buat foto-foto.
![]() |
| Mencicipi kuahnya. mantap! |
Mungkin
itu dulu ya, selamat mencoba dan merasakan sensasi Waoenk Ramen! Jangan lupa
review tempat makan lainnya, #KulinerBoyolali masih belum berhenti disini!
Syukron!
Kelebihan
:
1. Bersama Ramen Maneki (Di depan DPD
Golkar, termasuk 2 restoran dengan menu jepang yang pertama)
2. Menunya banyak, banyak pilihan
selain ramen, Menu ramen juga unya banyak pilihan kombinasi, banyak pilihan
toping tambahan.
3. Menu minumannya banyak, variatif.
4. Tempatnya strategis, mudah di
jangkau.
5. Soal harga masih termasuk terjangkau,
apalagi kalau pesannya Ramen original, plus minum Es the, Cuma keluar duit Rp
11.000,-
Kekurangan
:
1. Suasana tempat kurang nyaman.
2. Hampir nggak kecium bau-bau Jepang.
3. Musik yang disetel di dekat kasir,
dan terdengar semua meja, kurang pas dengan suasana yang sebenarnya ingin
ditawarkan. Dangdut koplo brooh.







Comments
Post a Comment