Ada apa denganmu? Ada sambungan
apa antara hati ku dan punyamu, kenapa sering sekali datang tak diundang,
bahkan saat seharusnya aku menginginkanmu menjauh, jangan urusi aku, jangan
anggap aku ada, supaya aku bisa berhenti, dari lari marathon mengejarmu yang
secepat kilat, mengejar kilau purnamamu yang mengobrak-abrik getaran dadaku.
Ku anggap, semua mimpi
tentangmu, adalah indah. Tapi aku tetap menganggapnya buruk, bahkan sangat
buruk, kalau aku harus melihatmu dalam tidurku, kamu yang terbaring lemah
dengan selang infuse tertancap pada tangan kananmu. Sulit tersenyum, mata
berkaca-kaca, dan tak bisa berbuat apa.
Seharusnya aku datang,
saat yang tepat, alasan yang tepat untuk bertatap muka denganmu, membesarkan
hati, ‘memaksa’ mu tersenyum, tapi apalah daya. Jarak dan tembok-tembok tinggi
super tebal disiplin Gontor memang kejam. Aku nggak bisa pulang.
Mereka menganggap ini
masalah kecil. Mereka tidak tahu kalau ini adalah masalah hati, masalah masa
depan. Tersiksa aku dibuatnya.
Semoga Dia
menyampaikannya kepadamu, menyampaikan tangis pilu mendengarnya. Tidak ada
jalan lain kecuali sajadah, dan tengah malam, dalam untaian lembut, bercakap
dengan penguasa alam.
Kenapa kamu justru
hadir, saat seharusnya aku telah ikhlas, telah menerima. Semoga ini bukan
pertanda, semoga ini bukan seruan alam, semoga ini hanya mimpi tidurku yang tak
berguna, Mir.
Jaga diri baik-baik. Semoga
mimpi ini bukan firasat tertentu, dimanapun aku, bagaimanapun aku di dalam hati
dan matamu, do’a ku akan tetap bersamamu.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete